Author : Alifah Inas Apriliana (No Copas)
HAPPY READING !!
Angel’s POV
Matahari
telah terbit dari beberapa menit yang lalu. Udara mulai terasa hangat.
Dengan gontai aku pergi ke sekolah berjalan kaki. Sebenarnya aku malas
sekali tapi ini kewajibanku. Namun sebelum berangkat aku pun berpamitan
dengan orang tuaku.
“Ma, Pa, aku berangkat dulu ya,” kataku sambil mencium tangan mereka.
“Kamu ngga sarapan dulu Ngel?” tanya Papaku.
“Ngga usah,” ucapku agak ketus.
“Kamu kenapa sih sayang? Ada masalah? Atau marah sama Mama dan Papa gara-gara tadi malem?” tanya Mama bertubi-tubi.
“Nggak!” ucapku agak keras.
“Kamu kan sudah dewasa, seharusnya mengerti dong. Jangan seenaknya.
Bagaimana kalau Papa biarkan kamu hidup sendirian tanpa tanggung jawab
Papa? Hah? Apa kamu sanggup? Jangan macam-macam kamu!” Papa memarahiku.
“Aku sanggup kok, aku juga males tinggal disini lama-lama. Semuanya egois,” ucapku melawan Papaku.
“Anak kurang ajar!” sebuah tamparan kasar berhasil mendarat di pipiku.
“Papa!” Mama pun kaget.
Aku
segera berlari meninggalkan mereka. Tapi bukan sekolah yang kutuju
melainkan sebuah taman tempat dimana biasanya aku kalau lagi sedih. Aku
menumpahkan semua kesedihanku ke dalam diary unguku.
Dear diary,
Bad
day. I hate today. You know? Just now my father slap me. Hanya karena
masalah tadi malem. Yah, semalem sempat terjadi sedikit kesalahpahaman.
Jadi
begini, ngga tau kenapa tiba-tiba aku ingin menangis dan menyendiri di
luar. Aku pun keluar. Dan di luar pun hujan deras. Aku hanya ingin
menangis dan ini ngga ada hubungannya dengan Papa Mamaku. Tiba-tiba
Papaku menghampiriku dan membentakku. Ia mendapat laporan dari Mama yang
mengira aku sedang marah dengannya. Aku benci. Aku benci dengan orang
yang suka menuduh padahal masalahnya berbeda dengan tuduhannya. Lalu aku
segera masuk ke kamar. Begitulah. Sepele tapi besar bagiku.
Dan tadi pagi terulang. Aku benci hari ini. Aku capek. Aku ingin pergi dari dunia ini. AKU BENCI SEMUANYA!!!!!!!
Hingga matahari menampakkan cahayanya dari arah barat, aku masih duduk
di kursi taman yang indah itu. Bayanganku tertuju pada kakakku. Ia
selalu mendapat perhatian lebih dari Papa dan Mama. Sedangkan aku?
Berbeda. Jelas-jelas berbeda. Setiap kakakku bercerita sesuatu, mereka
dengan antusias mendengarkan. Tapi kalau aku yang bercerita, tak tau
didengar atau tidak. Kadang aku bertanya-tanya, apa mungkin aku bukan
anak kandung mereka?? Lalu siapa orang tua kandungku dan dimana mereka?!
Mama’s POV
Aku gelisah menunggu kedatangan putriku. Sudah jam 8 malam dia belum juga pulang. Aku khawatir sekali.
“Masih memikirkan anak itu?” tanya Papa tiba-tiba.
“Iya Pa, Mama takut terjadi apa-apa dengannya,” ucapku.
“Sudahlah Ma, tenang. Dia akan baik-baik saja. Lagipula dia kan . . . “aku memotong ucapan suamiku.
“Sudahlah Pa, jangan bahas itu,“ ucapanku terpotong oleh suamiku.
“Baiklah”
Angel’s POV
Deg deg deg deg deg. Tiba-tiba aku merasa ada yang aneh. Jantungku
berdetak sangat cepat. Apakah ada sesuatu yang buruk? Tidak. Aku harus
tenang. Dan tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahuku.
“Sedang apa disini?” tanyanya sopan.
“Oh, eh, ehm aku ga ngapa-ngapain. Kamu siapa?” tanyaku.
“Kenalin, namaku Bisma,” ucapnya dan mengulurkan tangannya.
“Angel,” aku membalas uluran tangannya.
Aku dan Bisma pun mengobrol ngalor ngidul, tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 10 malam.
“Kamu ngga pulang?” tanyanya.
“Aku juga ngga tau,”
“Pulanglah, mereka pasti cemas menunggumu. Percayalah, mereka
menyayangimu,” katanya yang langsung menenangkan hatiku.
“Tapi . . . “
“Aku antar saja ya,” tawarnya.
“Hmm, baiklah,”
Aku segera pulang diantar oleh Bisma. Sampai di rumah.
“Selamat malam, Angel,” ucapnya.
“Malam, Bisma. Makasih ya,”
“Sama-sama, aku pulang dulu,”
“Hati-hati,”
Aku pun memasuki rumah.
“Darimana saja kamu? Jam segini baru pulang?! Dan siapa lelaki itu??” Papa mengagetkanku.
“Bukan urusan Papa,” aku langsung berlari menuju kamar.
Beberapa
menit setelah aku masuk ke kamar. Dan tak taheu kenapa pikiranku
tertuju pada Bisma. Aku merasa tenang saat di dekatnya tadi. Dan . . .
dia ganteng juga. Ah, apa ini yang namanya cinta? Aku tersenyum tak
jelas di dalam kamar.
Tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamarku.
Aku membiarkannya masuk dan aku pura-pura tidur. Ternyata itu Mama. Ia
membelai lembut rambutku sambil menciuminya.
“Mama sayang sama
kamu, nak. Meskipun kamu memang tidak lahir dari rahim Mama,” ucap Mama
dan DEG, jantungku serasa berhenti mendengar perkataan Mama dan air mata
tak dapat kutahan. Ia mengalir begitu saja. Aku masih terus mendengar
ucapan Mama.
“Maafkan Mama sayang, bukan maksud Mama berbohong.
Kami menemukanmu di jalan raya. Lalu kami mengangkatmu sebagai anak.
Mama juga tak tahu betul siapa orang tua brengsek yang telah tega
membuangmu. Mengertilah, Mama menyayangimu sebagai anak kandung Mama
sendiri,”
Karena sudah tak kuat, aku pun bangun dan langsung memeluk Mama.
“Maafin Angel, Ma. Angel salah. Angel juga sayang sama Mama. Dan Angel
bisa paham kok Ma soal Angel bukan anak Mama. Terima kasih, Mama,”
“Iya sayang, Mama juga sayang kamu,” Mama pun memelukku.
“Sudahlah, sekarang kamu tidur. Besok sekolah. Jangan tinggalin Mama lagi ya,” ucap Mama sambil membelai rambutku.
“Mama juga jangan tinggalin aku ya. Malem ini Mama tidur disini ya? Ayolah Ma,” rengekku.
“Iya sayang, Mama disini menemanimu,”
Bisma’s POV
Angel, dia cantik banget ya. Aku menyukainya. Aku benar-benar iba
melihatnya hari ini. Malang sekali yeoja seperti dia. Oke, aku akan
berusaha mengembalikan cerianya. Aku harus menyatakan perasaanku
kepadanya. Tetapi? Hei, aku lupa tak meminta nomor telfonnya. Eh tapi,
oiya aku kan sudah tau rumahnya. Ah dasar aku bodoh.
Angel’s POV
Keesokan harinya, aku bangun tidur dan kudapati Mama telah pergi dari
kamarku. Aku segera bersiap-siap untuk sekolah. Kebetulan tadi pagi
Papaku sudah berangkat ke Paris untuk menjalankan bisnisnya. Oiya aku
lupa, kakakku itu cewek umur 20 tahun. Namanya Tiffany. Dia setahun yang
lalu pindah sekolah ke London. Dia juga cantik, baik, pinter lagi.
Cukup ya perkenalannya. Setelah 30 menit bersiap-siap, aku turun untuk
sarapan.
“Pagi, Ma,” sapaku sambil mencium pipi Mama.
“Pagi juga sayang, sarapan nih,”
Aku
pun sarapan. Seusai sarapan aku langsung berangkat dengan berjalan kaki
diantar oleh Mama. Kami berdua mengobrol di jalan. Aku memilih jalan
kaki karena jarak rumah ke sekolah hanya beberapa meter sekaligus hemat.
Sampai di depan gerbang sekolahku, Mama pun pamit. Tapi Mama mau ke
seberang jalan dulu untuk membeli sesuatu. Aku masih mengawasinya dari
gerbang. Saat Mama menyeberang aku melihat sebuah truk yang melaju
sangat kencang. Dan dengan spontan . . .
“Mamaaa awaaaaaaaaaaaasss,” teriakku dan aku langsung lari mendorong Mamaku hingga aku . . .
“Aaaaaaaaaaaaa,” teriakku, aku belum pingsan sepenuhnya.
“Angeeeeeeeeeelll,” teriak Mama dan langsung menghampiriku, begitu pula dengan teman-temanku yang melihatnya.
“Angel, bangun nak, ini salah Mama. Jangan tinggalin Mama, sayang,” ucap Mama sambil menangis.
“A..ku mela..ku..kan in..i de..mi Mama, ma..afin ak..ku ya Ma. Aku
sa..yang Mama,” ucapku terbata-bata dan setelah itu aku tak merasakan
apapun.
“Angeeeelll banguuun. Mama juga sayang sama kamu,”
Author’s POV
Angel dibawa oleh Mamanya ke rumah sakit. Bu Vala (Mamanya Angel) terus
menangis sambil mencoba menghubungi suaminya. Dari sana terdengar suara
seorang namja.
“Halo, ada apa Ma?” tanya Pak Rafa (Papanya Angel).
“Angel kecelakaan Pa,” kata Bu Vala sambil terisak.
“Apa? Kok bisa?”
“Sudahlah, lebih baik Papa pulang dulu,”
“Baiklah,”
“Kamu tolong kabari Tiffany,”
“Oke,”
Tak lama kemudian dokter keluar dari UGD.
“Bagaimana keadaan anak saya Dok?” tanya Bu Vala dengan degup jantung tak karuan.
“Maaf, kami sudah berupaya semaksimal mungkin. Namun luka yang dialami
sangat parah dan . . . Tuhan berkehendak lain terhadap anak Ibu,” ucap
dokter itu.
“Nggak mungkin, nggak mungkiiiinnn. Angeeeeelllll,” teriak Bu Vala histeris dan langsung menemui jenazah putrinya.
“Angel sayang, maafkan Mama. Ini semua gara-gara Mama. Hiks, hiiks.
Angel jangan tinggalin Mama nak, Mama sayang sama kamu,” Bu Vala mencium
wajah jenazah putrinya itu.
Jenazah Angel dibawa
pulang. Tak lama kemudian datanglah Pak Rafa dan Tiffany bareng. Mereka
berdua terlihat shock dengan suasana rumah yang dipenuhi banyak orang.
Mereka pun memasuki rumah dan . . .
“Angeeeelll,”
teriak Tiffany yang langsung memeluk jenazah adik satu-satunya itu.
Sementara Pak Rafa menghampiri istrinya yang juga tengah menangis.
“Ini semua salah Mama. Saat Mama menyeberang, ada truk lewat dan Angel
mendorong Mama hingga dia yang tertabrak dan . . . “ ucapan Bu Vala
terhenti karena isak tangisnya.
“Jangan menyalahkan diri sendiri, ini memang sudah takdir Ma,” ucap sang suami.
“Iya Ma. Angel maafin kakak ya, kakak sayang sama kamu,” ucap Tiffany sambil menangis.
Tiba-tiba ada seorang pemuda tampan datang ke rumah itu.
“Permisi Om, Tante, ini ada apa ya, kok rame sekali?” tanyanya.
“Anak saya, Angel, meninggal,” ucap Pak Rafa.
“Apa? Nggak mungkin!” ucap namja itu terlihat shock.
“Kamu siapa?” tanya Pak Rafa.
“Saya Bisma, temannya yang waktu itu mengantarnya malam-malam Om. Saya
mencintai anak Om, tapi . . . “ ucapan Bisma pun juga terhenti karena
isak tangisnya, lalu ia memeluk tubuh Angel yang sudah tak bernyawa.
“Walaupun ragamu tiada, namun jiwamu selalu menyatu dengan jiwaku. Aku
tau kamu juga mencintaiku. Tunggu aku disana, Angel sayang. I love you,”
bisik Bisma ke telinga Angel.
“Sabarlah nak, ini kehendak Tuhan,” ucap Pak Rafa.
Beberapa menit kemudian, jenazah Angel pun diberangkatkan ke TPU
Kembang Putih. Bu Vala dan Tiffany hanya bisa menangis dan pasrah.
Seusai
disemayamkan, mereka semua pulang dengan membawa duka cita yang amat
dalam. Terlebih Pak Rafa. Sebenarnya dia sangat terpukul karena belum
sempat meminta maaf kepada anak angkatnya itu. Tapi dia tak
memperlihatkan kesedihannya di depan istrinya agar istrinya tak terlarut
dalam duka ini. Dia hanya bisa memanjatkan doa agar dosa-dosa putrinya
diampuni. Dia menyesal atas semua kesalahannya terhadap Angel.
“Astaghfirullahal ‘adzim,” itulah yang selalu terucap dari bibir Pak Rafa selama perjalanan pulang dari TPU.
Angel’s POV
Biar bagaimanapun Papa dan Mama sudah sangat baik mau mengangkatku
sebagai anaknya. Maafkan aku ya Ma, Pa, jika aku banyak salah. Aku juga
sudah memaafkan kesalahan kalian semua. Kak Fany, aku juga minta maaf.
Suatu saat kita semua akan bertemu di surga. Mama, Papa, dan Kak Fany,
terima kasih telah memberi kehidupan yang indah untuk Angel. I love you,
all . . .
The End
komen tok..!!!
BalasHapusjoin crezpect.blogspot.com
Insya Allah ,hehe :D
Hapus. .sukaaaa,.
BalasHapusMakassiiiiiiihh . . .
BalasHapus