Sabtu, 10 Maret 2012

Demi Mama (Cerpen #3)

Author : Alifah Inas Apriliana (No Copas)

HAPPY READING !!


Angel’s POV

Matahari telah terbit dari beberapa menit yang lalu. Udara mulai terasa hangat. Dengan gontai aku pergi ke sekolah berjalan kaki. Sebenarnya aku malas sekali tapi ini kewajibanku. Namun sebelum berangkat aku pun berpamitan dengan orang tuaku.
            “Ma, Pa, aku berangkat dulu ya,” kataku sambil mencium tangan mereka.
            “Kamu ngga sarapan dulu Ngel?” tanya Papaku.
            “Ngga usah,” ucapku agak ketus.
            “Kamu kenapa sih sayang? Ada masalah? Atau marah sama Mama dan Papa gara-gara tadi malem?” tanya Mama bertubi-tubi.
            “Nggak!” ucapku agak keras.
            “Kamu kan sudah dewasa, seharusnya mengerti dong. Jangan seenaknya. Bagaimana kalau Papa biarkan kamu hidup sendirian tanpa tanggung jawab Papa? Hah? Apa kamu sanggup? Jangan macam-macam kamu!” Papa memarahiku.
            “Aku sanggup kok, aku juga males tinggal disini lama-lama. Semuanya egois,” ucapku melawan Papaku.
            “Anak kurang ajar!” sebuah tamparan kasar berhasil mendarat di pipiku.
            “Papa!” Mama pun kaget.
Aku segera berlari meninggalkan mereka. Tapi bukan sekolah yang kutuju melainkan sebuah taman tempat dimana biasanya aku kalau lagi sedih. Aku menumpahkan semua kesedihanku ke dalam diary unguku.

Dear diary,
Bad day. I hate today. You know? Just now my father slap me. Hanya karena masalah tadi malem. Yah, semalem sempat terjadi sedikit kesalahpahaman.
Jadi begini, ngga tau kenapa tiba-tiba aku ingin menangis dan menyendiri di luar. Aku pun keluar. Dan di luar pun hujan deras. Aku hanya ingin menangis dan ini ngga ada hubungannya dengan Papa Mamaku. Tiba-tiba Papaku menghampiriku dan membentakku. Ia mendapat laporan dari Mama yang mengira aku sedang marah dengannya. Aku benci. Aku benci dengan orang yang suka menuduh padahal masalahnya berbeda dengan tuduhannya. Lalu aku segera masuk ke kamar. Begitulah. Sepele tapi besar bagiku.
Dan tadi pagi terulang. Aku benci hari ini. Aku capek. Aku ingin pergi dari dunia ini. AKU BENCI SEMUANYA!!!!!!!

            Hingga matahari menampakkan cahayanya dari arah barat, aku masih duduk di kursi taman yang indah itu. Bayanganku tertuju pada kakakku. Ia selalu mendapat perhatian lebih dari Papa dan Mama. Sedangkan aku? Berbeda. Jelas-jelas berbeda. Setiap kakakku bercerita sesuatu, mereka dengan antusias mendengarkan. Tapi kalau aku yang bercerita, tak tau didengar atau tidak. Kadang aku bertanya-tanya, apa mungkin aku bukan anak kandung mereka?? Lalu siapa orang tua kandungku dan dimana mereka?!

Mama’s POV

            Aku gelisah menunggu kedatangan putriku. Sudah jam 8 malam dia belum juga pulang. Aku khawatir sekali.
            “Masih memikirkan anak itu?” tanya Papa tiba-tiba.
            “Iya Pa, Mama takut terjadi apa-apa dengannya,” ucapku.
            “Sudahlah Ma, tenang. Dia akan baik-baik saja. Lagipula dia kan . . . “aku memotong ucapan suamiku.
            “Sudahlah Pa, jangan bahas itu,“ ucapanku terpotong oleh suamiku.
            “Baiklah”

Angel’s POV

            Deg deg deg deg deg. Tiba-tiba aku merasa ada yang aneh. Jantungku berdetak sangat cepat. Apakah ada sesuatu yang buruk? Tidak. Aku harus tenang. Dan tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahuku.
            “Sedang apa disini?” tanyanya sopan.
            “Oh, eh, ehm aku ga ngapa-ngapain. Kamu siapa?” tanyaku.
            “Kenalin, namaku Bisma,” ucapnya dan mengulurkan tangannya.
            “Angel,” aku membalas uluran tangannya.
Aku dan Bisma pun mengobrol ngalor ngidul, tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 10 malam.
            “Kamu ngga pulang?” tanyanya.
            “Aku juga ngga tau,”
            “Pulanglah, mereka pasti cemas menunggumu. Percayalah, mereka menyayangimu,” katanya yang langsung menenangkan hatiku.
            “Tapi . . . “
            “Aku antar saja ya,” tawarnya.
            “Hmm, baiklah,”
Aku segera pulang diantar oleh Bisma. Sampai di rumah.
            “Selamat malam, Angel,” ucapnya.
            “Malam, Bisma. Makasih ya,”
            “Sama-sama, aku pulang dulu,”
            “Hati-hati,”
Aku pun memasuki rumah.
“Darimana saja kamu? Jam segini baru pulang?! Dan siapa lelaki itu??” Papa mengagetkanku.
            “Bukan urusan Papa,” aku langsung berlari menuju kamar.
Beberapa menit setelah aku masuk ke kamar. Dan tak taheu kenapa pikiranku tertuju pada Bisma. Aku merasa tenang saat di dekatnya tadi. Dan . . . dia ganteng juga. Ah, apa ini yang namanya cinta? Aku tersenyum tak jelas  di dalam kamar.
Tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamarku. Aku membiarkannya masuk dan aku pura-pura tidur. Ternyata itu Mama. Ia membelai lembut rambutku sambil menciuminya.
“Mama sayang sama kamu, nak. Meskipun kamu memang tidak lahir dari rahim Mama,” ucap Mama dan DEG, jantungku serasa berhenti mendengar perkataan Mama dan air mata tak dapat kutahan. Ia mengalir begitu saja. Aku masih terus mendengar ucapan Mama.
“Maafkan Mama sayang, bukan maksud Mama berbohong. Kami menemukanmu di jalan raya. Lalu kami mengangkatmu sebagai anak. Mama juga tak tahu betul siapa orang tua brengsek yang telah tega membuangmu. Mengertilah, Mama menyayangimu sebagai anak kandung Mama sendiri,”
Karena sudah tak kuat, aku pun bangun dan langsung memeluk Mama.
            “Maafin Angel, Ma. Angel salah. Angel juga sayang sama Mama. Dan Angel bisa paham kok Ma soal Angel bukan anak Mama. Terima kasih, Mama,”
            “Iya sayang, Mama juga sayang kamu,” Mama pun memelukku.
            “Sudahlah, sekarang kamu tidur. Besok sekolah. Jangan tinggalin Mama lagi ya,” ucap Mama sambil membelai rambutku.
            “Mama juga jangan tinggalin aku ya. Malem ini Mama tidur disini ya? Ayolah Ma,” rengekku.
            “Iya sayang, Mama disini menemanimu,”

Bisma’s POV

            Angel, dia cantik banget ya. Aku menyukainya. Aku benar-benar iba melihatnya hari ini. Malang sekali yeoja seperti dia. Oke, aku akan berusaha mengembalikan cerianya. Aku harus menyatakan perasaanku kepadanya. Tetapi? Hei, aku lupa tak meminta nomor telfonnya. Eh tapi, oiya aku kan sudah tau rumahnya. Ah dasar aku bodoh.

Angel’s POV

            Keesokan harinya, aku bangun tidur dan kudapati Mama telah pergi dari kamarku. Aku segera bersiap-siap untuk sekolah. Kebetulan tadi pagi Papaku sudah berangkat ke Paris untuk menjalankan bisnisnya. Oiya aku lupa, kakakku itu cewek umur 20 tahun. Namanya Tiffany. Dia setahun yang lalu pindah sekolah ke London. Dia juga cantik, baik, pinter lagi. Cukup ya perkenalannya. Setelah 30 menit bersiap-siap, aku turun untuk sarapan.
            “Pagi, Ma,” sapaku sambil mencium pipi Mama.
            “Pagi juga sayang, sarapan nih,”
Aku pun sarapan. Seusai sarapan aku langsung berangkat dengan berjalan kaki diantar oleh Mama. Kami berdua mengobrol di jalan. Aku memilih jalan kaki karena jarak rumah ke sekolah hanya beberapa meter sekaligus hemat.
            Sampai di depan gerbang sekolahku, Mama pun pamit. Tapi Mama mau ke seberang jalan dulu untuk membeli sesuatu. Aku masih mengawasinya dari gerbang. Saat Mama menyeberang aku melihat sebuah truk yang melaju sangat kencang. Dan dengan spontan . . .
            “Mamaaa awaaaaaaaaaaaasss,” teriakku dan aku langsung lari mendorong Mamaku hingga aku . . .
            “Aaaaaaaaaaaaa,” teriakku, aku belum pingsan sepenuhnya.
            “Angeeeeeeeeeelll,” teriak Mama dan langsung menghampiriku, begitu pula dengan teman-temanku yang melihatnya.
            “Angel, bangun nak, ini salah Mama. Jangan tinggalin Mama, sayang,” ucap Mama sambil menangis.
            “A..ku mela..ku..kan in..i de..mi Mama, ma..afin ak..ku ya Ma. Aku sa..yang Mama,” ucapku terbata-bata dan setelah itu aku tak merasakan apapun.
            “Angeeeelll banguuun. Mama juga sayang sama kamu,”

Author’s POV

            Angel dibawa oleh Mamanya ke rumah sakit. Bu Vala (Mamanya Angel) terus menangis sambil mencoba menghubungi suaminya. Dari sana terdengar suara seorang namja.
            “Halo, ada apa Ma?” tanya Pak Rafa (Papanya Angel).
            “Angel kecelakaan Pa,” kata Bu Vala sambil terisak.
            “Apa? Kok bisa?”
            “Sudahlah, lebih baik Papa pulang dulu,”
            “Baiklah,”
            “Kamu tolong kabari Tiffany,”
            “Oke,”
Tak lama kemudian dokter keluar dari UGD.
            “Bagaimana keadaan anak saya Dok?” tanya Bu Vala dengan degup jantung tak karuan.
            “Maaf, kami sudah berupaya semaksimal mungkin. Namun luka yang dialami sangat parah dan . . . Tuhan berkehendak lain terhadap anak Ibu,” ucap dokter itu.
            “Nggak mungkin, nggak mungkiiiinnn. Angeeeeelllll,” teriak Bu Vala histeris dan langsung menemui jenazah putrinya.
            “Angel sayang, maafkan Mama. Ini semua gara-gara Mama. Hiks, hiiks. Angel jangan tinggalin Mama nak, Mama sayang sama kamu,” Bu Vala mencium wajah jenazah putrinya itu.
            Jenazah Angel dibawa pulang. Tak lama kemudian datanglah Pak Rafa dan Tiffany bareng. Mereka berdua terlihat shock dengan suasana rumah yang dipenuhi banyak orang. Mereka pun memasuki rumah dan . . .
            “Angeeeelll,” teriak Tiffany yang langsung memeluk jenazah adik satu-satunya itu. Sementara Pak Rafa menghampiri istrinya yang juga tengah menangis.
            “Ini semua salah Mama. Saat Mama menyeberang, ada truk lewat dan Angel mendorong Mama hingga dia yang tertabrak dan . . . “ ucapan Bu Vala terhenti karena isak tangisnya.
            “Jangan menyalahkan diri sendiri, ini memang sudah takdir Ma,” ucap sang suami.
            “Iya Ma. Angel maafin kakak ya, kakak sayang sama kamu,” ucap Tiffany sambil menangis.
Tiba-tiba ada seorang pemuda tampan datang ke rumah itu.
            “Permisi Om, Tante, ini ada apa ya, kok rame sekali?” tanyanya.
            “Anak saya, Angel, meninggal,” ucap Pak Rafa.
            “Apa? Nggak mungkin!” ucap namja itu terlihat shock.
            “Kamu siapa?” tanya Pak Rafa.
            “Saya Bisma, temannya yang waktu itu mengantarnya malam-malam Om. Saya mencintai anak Om, tapi . . . “ ucapan Bisma pun juga terhenti karena isak tangisnya, lalu ia memeluk tubuh Angel yang sudah tak bernyawa.
            “Walaupun ragamu tiada, namun jiwamu selalu menyatu dengan jiwaku. Aku tau kamu juga mencintaiku. Tunggu aku disana, Angel sayang. I love you,” bisik Bisma ke telinga Angel.
            “Sabarlah nak, ini kehendak Tuhan,” ucap Pak Rafa.
            Beberapa menit kemudian, jenazah Angel pun diberangkatkan ke TPU Kembang Putih. Bu Vala dan Tiffany hanya bisa menangis dan pasrah.
Seusai disemayamkan, mereka semua pulang dengan membawa duka cita yang amat dalam. Terlebih Pak Rafa. Sebenarnya dia sangat terpukul karena belum sempat meminta maaf kepada anak angkatnya itu. Tapi dia tak memperlihatkan kesedihannya di depan istrinya agar istrinya tak terlarut dalam duka ini. Dia hanya bisa memanjatkan doa agar dosa-dosa putrinya diampuni. Dia menyesal atas semua kesalahannya terhadap Angel.
            “Astaghfirullahal ‘adzim,” itulah yang selalu terucap dari bibir Pak Rafa selama perjalanan pulang dari TPU.

Angel’s POV

            Biar bagaimanapun Papa dan Mama sudah sangat baik mau mengangkatku sebagai anaknya. Maafkan aku ya Ma, Pa, jika aku banyak salah. Aku juga sudah memaafkan kesalahan kalian semua. Kak Fany, aku juga minta maaf. Suatu saat kita semua akan bertemu di surga. Mama, Papa, dan Kak Fany, terima kasih telah memberi kehidupan yang indah untuk Angel. I love you, all . . .

The End

4 komentar: